Jumat, 23 Maret 2018

Desa Sade "Tradisional di Era Globalisasi"


            Kabupaten Lombok tengah merupakan potensi pariwisata yang memiliki kemajuan sebagai destinasi wisata yang patut dikunjungi. Sedangkan konsep ekowisata itu sendiri merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal dan aspek pendidikan.
Salah satu objek wisata yang terdapat di Lombok Tengah adalah Desa Sade. Dusun ini berada di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah yang merupakan desa adat suku sasak, terletak di samping jalan raya Praya-Kuta jaraknya 30 kilometer dari kota Mataram dengan waktu tempuh satu jam perjalanan.


Sesampainya disana saya disambut dengan pemandu wisata yang ada. Namun saya tidak memakai jasa pemandu. Ketika masuk ke dalam kami para wisatawan dimintai sumbangan seikhlasnya. Penggunaan sumbangan ini digunakan untuk membantu rehab rumah penduduk,  penataan lingkungan dusun dan fasilitas umum. Di bidang pendidikan sumbangan digunakan untuk membantu anak-anak sekolah dan di bidang sosial untuk menyantuni lansia dan anak yatim serta kegiatan festival adat budaya.




Desa seluas 5,5 Hektar ini, memiliki 150 rumah. Setiap rumah terdiri dari satu kk, dengan jumlah penduduk sekitar 700 orang yang kesemuanya adalah suku Sasak Lombok. Semua penduduk di desa ini masih merupakan satu keturunan, karena mereka melakukan perkawinan antar saudara. Masyarakat di desa ini masih terbilang tradisional karena masih mempertahankan tradisi warisan nenek moyang yang ada berupa budaya, rumah adat, dan kesenian serta adat istiadat. Rumah-rumah di dusun ini terbuat dari bambu dan kayu serta atap dari bahan ijuk dan jerami. Sehingga kehidupan masyarakat disini memasak memakai kayu bakar.



Setiap rumah di Desa Sade terbagi menjadi tiga bagian. Bagian depan untuk tidur kaum pria dan orang tua. Sementara bagian dalam yang harus melalui dua atau tiga anak tangga menuju bagian atas berisi dapur, lumbung dan tempat tidur perempuan. Kemudian bagian ketiga yaitu sebuah ruangan kecil yang digunakan untuk tempat melahirkan. Walaupun setiap rumah memiliki bentuk yang sama, tetapi terdapat pembagian menjadi tiga tipe menurut penggunaannya yakni “Bale Bonter” yakni rumah yang dimiliki oleh pejabat desa, “Bale Kodong” untuk warga yang baru menikah atau orangtua untuk menghabiskan masa tua. Dan terakhir ialah “Bale Tani” yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Salah satu keunikan dari Bale Tani adalah cara perawatannya. Seminggu sekali lantai Bale Tani digosok dengan kotoran kerbau yang masih baru dengan dicampur sedikit air, kemudian setelah kering disapu dan digosok dengan batu. Di dalam rumah ini tidak tercium bau menyengat dari kotoran kerbau tersebut. Menurut mereka penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu, memperkuat lantai, serta menghangatkan rumah di malam hari. Masyarakat Sasak percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis.
Pekerjaan utama peduduk Desa Sade adalah petani. Sawah yang mereka tanami hanya mengandalkan sistem tadah hujan, tidak ada sistem irigasi sehingga panen hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun. Kemudian hasil panen selama setahun tersebut disimpan di dalam lubung padi yang didirikan di atas empat tumpukan kayu dengan atap berbentuk topi terbuat dari alang-alang atau rumput gajah. Bangunan ini biasanya menjadi ikon khas dari bangunan Suku Sasak.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat disana mendapatkan penghasilan dari menenun dan menjual souvenir khas lombok. Salah satu produk kain tenun yang menjadi ciri khas Suku Sasak adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersama benang katun atau sutra.



Pembuatan kain tenun di Desa Sade dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang. Benang tersebut kemudian diberi warna yang berasal dari pewarna alami dan ditenun menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dan bambu dengan alat yang masih sangat tradisional. Pembuatan kain songket sepanjang dua meter memerlukan waktu pengerjaan antara dua minggu hingga tiga bulan, bergantung pada tingkat kerumitan polanya. Saya akhirnya tertarik membeli salah satu souvenir gantungan kunci yang ada disana seharga 15 ribu.



Di era globalisasi seperti saat ini, Desa Sade masih mempertahankan keaslian budaya suku Sasak demi kepentingan pariwisata guna menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.. Dengan adanya peraturan yang ketat Desa Sade sebagai objek wisata dan budaya tetap terjaga dari pengaruh budaya-budaya luar. Usaha ini didukung sepenuhnya oleh masyarakat setempat yang masih menerapkan gaya serta pola hidup mereka yang tetap tradisional dan bersahaja, tidak ada pengaruh dari modernisasi. Sehingga nantinya Desa Sade siap bersaing dengan desa lainnya.